Kamis, 23 Mei 2013

Naskah Drama


Naskah Drama "Asal-Usul Kota 
BANYUWANGI"

Prolog :
Pada zaman dahulu dikawasan ujung timur Provinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan yang di perintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu.

Adegan 1 :

Raden Banterang : "Pagi ini aku akan berburu. siapkan alat untuk berburu!"
Pengawal 1 dan 2 : "Baik Raden. Peralatan sudah kami siapkan"
Raden Banterang : "Menurutmu kemana kita akan berburu?"
Pengawal 1 dan 2 :  "Bagaimna kalau kita ke hutan saja, karena pasti di hutan banyak kijang yang melintans".
Raden Banterang : "Kalau begitu Ayo kita berangkat sekarang!"
Pengawal 1 dan 2 : "Siap Raden"
Raden Banterang : "coba lihat ! ada seekor kijang besar dan bagus, akan ku panah dia. wwaahh dia lolos! akan kukejar dia."
pengawal 1 dan 2 : "tunggu Raden. Tunggu kami Raden"
(kedua pengawal itu mengejar Raden tapi mereka kehilangan jejak Raden d tengah hutan)
Pengawal 1 : "waduuuhhh! bagaimana ini .?? kita kehilangan jejak Raden"
Pengawal 2 : "ya sudah kalau begitu kita tunggu saja di jalan keluar hutan ini".
Raden Banterang : "akhirnya kau kena juga kijang..!!!"
(tersenyum senang dan bangga)
"lho.... mana para pengawalku ya...? eemm pasti kami terpisah gara-gara aku tadi larinya cepat. tapi aku yakin pasti mereka menungguku di jalan keluar hutan ini, karena pasti mereka sudah hafal kebiasaanku"

Raden Banterang : "EEmmmm, ,... gerangan gadis cantik nan jelita itu ya..?? Benarkah dia manusia atau jangan-jangan penunguu hutan ini ? / kau ini manusia tau penunggu hutan ini ..???
Surati : "saya manusia !! nama saya Surati berasal dari kerajaan Kelungkung"
Raden Banterang : "lalu mengapa kamu ada di sini..??"
Surati :"hamba berada di sini karena aku menyelamatkan diri dari serangan musuh. ayah saya telah gugur dalam pertempuran mempertahankan mahkota Kerajaan".

Raden Banterang : "kalau begitu, apakah kau mau ikut bersamaku ke istana dan menjadi Permaisuriku ?"
Surati : "Apakah saya pantas bersanding dengan Raden ?"
Raden Banterang : "Tentu saja kau adalah gadis tercantik yang pernahku temui, dan hanya kamu lah yang aku inginkan menjadi permaisuriku".
Surati : "dengan segala kerendahan hati, aku mau menerima lamaran ini. dengan sarat yaitu Raden harus setia dan bisa menjagaku"
Raden Banterang : "tanpa kau minta pun aku akan melakukan itu karena itu adalah tugas seorang kesatria"
(setelah itu Raden Banterang bersama Surati menuju keluar hutan"
 Pengawal 1 : "nah itu Raden tapi dengan siapa ya..? Raden, tidak apa-apa kan ..? kami sangat cemas karena kehilangan jejak Raden."
Raden Banterang : "ya, tadi karena terlalu bersemangat berburu kijang aku sampai lupa kalau kalian berdua ikut. tapi aku sangat bersyukur karena sekaligus menemukan tambatan hati."
Pengawal 2 : "syukurlah kalau Raden sudah mendapatkan tambatan hati. kami juga ikut senang, kalau Raden senang"
Raden Banterang : "ya sudah kalau begitu kita bergegas kembali ke Istana dan merayakan pesta pernikahanku dengan Surati"
Pengawal 1 dan 2 : "Baik Raden"


Adegan 2 :

Pengawal 1 : “mohon maaf permaisuri, hamba mengadap”
Permaisuri : “dia siapa ? dan mengapa ia kesini ?”
Pengawal 1 : “hamba tidak tau permaisuri, yang jelas dia sangat ingin bertemu dengan permaisuri”
Permaisuri : “baiklah bawa dia kesini !”
Pengawal 1 : “baik permaisuri”.
Rupaksa : “surati ! surati! Surati, aku ini kakak kandungmu”.
Permaisuri : “apa benar kau kakakku ?”.
Rupaksa : “sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu yang telah lama terpisah denganmu semenjak di hutan”.
Permaisuri : “maafkan aku yang sedikit melupakanmu”. (berpelukan)
Rupaksa : “sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwa nama Permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan ternyata itu adhik kandungku sendiri”.
Permaisuri : “lalu apa maksud kedatangan kakak kesini ?”.
Rupaksa : “perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan orang tua kita meninggal adalah mertuamu sendiri”.
Permaisuri : “kakak tidak bercandakan.?”.
(karena terlalu syok tubuh permaisuri jadi bergetar)
Rupaksa : “apa aku kelihatan bercanda ?? dan aku kesini untuk menyerahkan sebuah keris dan gunakanlah untuk membunuh suamimu”.
Permaisuri : “aku tak mau kak, walaupun dia anak dari pembunuh orang tua kita, tapi dia telah menyelamatkanku dan akupun mencintainya”.
Rupaksa : “terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa sekali karena kau tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak mau membunuh suamimu, maka simpanlah keris itu sebagai tanda kenang-kenagan dariku”.
(lalu rupaksa tersebut pergi karena dia tidak sudi berlama-lama berada di istana)

Adegan 3 :

Rupaksa : “sembah hamba paduka. Tuanku keselamatan tuan terancam bahaya karena permaisuri punya rencana hendak membunuh paduka”.
Raden Banterang : “hai, siapa kau berani-beraninya memfitnah istriku ??”
Rupaksa : “itu tak penting paduka tahu siapa aku, Kalau paduka tidak percaya dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang disimpan di bawah bantal Permaisuri”.
Raden Banterang : “awas saja kalau kau berbohong padaku, akan kusuruh pengawalku mencarimu dan memberimu hukuman mati”.
(Raden pun pergimke istana dan langsung menuju kamar peribadi mereka)
Raden Banterang : “astaga ..!!! ternyata benar ada keris di bawah bantal istriku”.
(kemudian permaisuri masuk ke kamarnya)
Permaisuri : “ada apa kakanda ..?? sepertinya kakanda sedang marah ?”.
Raden Banterang : “ apa benar dinda ingin membunuhku dengan keris ini ..?? begitukah balasan dinda pada kanda ..?”
Permaisuri : “jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak mempunyai maksud begitu.”
Raden Banterang : “lalu buat apa keris ini di bawah bantal dinda.??”
Permaisuri : “keris ini adalah kenang-kenangan dari kakak adinda. Sungguh adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan adinda rela mati demi keselamatan kakanda”.
Raden Banterang : “kakanda sudah tidak percaya dengan omongan dinda lagi ..!!”
Permaisuri : “lalu dengan cara apa kakanda percaya dengan dinda.??”
Raden Banterang : “kalau begitu buktikan pada kakanda dengan cara masuklah kedalam sungai itu untuk membuktikan kebenaranya”.
Permaisuri : “Baik adinda akan melompat ke sungai itu. Apa bila dinda telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai itu jernih serta wangi maka adinda tidak bersalah dan sebaliknya apabila airnya keruh dan berbau busuk maka adinda bersalah”
Raden Banterang : “tercium bau wangi ! oohh … Dinda maafkan kakakanda yang sudah tidak percaya lagi denganmu . dengan ini aku sebagai Raja akan member nama kota ini menjadi BANYUWANGI”

itulah akhir dari cerita "Asal Usul Kota Banyuwangi" Semoga bermanfaat..

Kamis, 09 Mei 2013

Proses terjadinya hujan menurut Al-Qur'an


Proses terjadinya hujan



أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. AZ-ZUMAR : 21

Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.



Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal.

Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.



Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan
,

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Artinya: Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”
 Ar-Ruum : 48

TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".



TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.



TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.


Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.   AN-NUUR : 43

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:



TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.



TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.



TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb.



Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.



Inilah sekelumit tentang turunnya air hujan. Adakah peran manusia dalam daur air ini? Tidak ada sama sekali. Allahlah yang telah merancang daur air, yang dengannya kehidupan dapat berlangsung di bumi. Al Qur’an mengingatkan kita tentang air, tanda kekuasaan Allah dan nikmat yang wajib disyukuri manusia.

يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya:Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.”  An-Nahl: 11