Naskah Drama "Asal-Usul Kota
BANYUWANGI"
Prolog :
Pada zaman dahulu dikawasan ujung
timur Provinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan yang di perintah oleh
seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra
yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu.
Adegan 1 :
Raden Banterang : "Pagi ini aku
akan berburu. siapkan alat untuk berburu!"
Pengawal 1 dan 2 : "Baik Raden.
Peralatan sudah kami siapkan"
Raden Banterang : "Menurutmu
kemana kita akan berburu?"
Pengawal 1 dan 2 :
"Bagaimna kalau kita ke hutan saja, karena pasti di hutan banyak kijang
yang melintans".
Raden Banterang : "Kalau begitu
Ayo kita berangkat sekarang!"
Pengawal 1 dan 2 : "Siap Raden"
Pengawal 1 dan 2 : "Siap Raden"
Raden Banterang : "coba lihat !
ada seekor kijang besar dan bagus, akan ku panah dia. wwaahh dia lolos! akan
kukejar dia."
pengawal 1 dan 2 : "tunggu
Raden. Tunggu kami Raden"
(kedua pengawal itu mengejar Raden
tapi mereka kehilangan jejak Raden d tengah hutan)
Pengawal 1 : "waduuuhhh!
bagaimana ini .?? kita kehilangan jejak Raden"
Pengawal 2 : "ya sudah kalau
begitu kita tunggu saja di jalan keluar hutan ini".
Raden Banterang : "akhirnya kau
kena juga kijang..!!!"
(tersenyum senang dan bangga)
"lho.... mana para pengawalku
ya...? eemm pasti kami terpisah gara-gara aku tadi larinya cepat. tapi aku
yakin pasti mereka menungguku di jalan keluar hutan ini, karena pasti mereka
sudah hafal kebiasaanku"
Raden Banterang : "EEmmmm, ,...
gerangan gadis cantik nan jelita itu ya..?? Benarkah dia manusia atau jangan-jangan
penunguu hutan ini ? / kau ini manusia tau penunggu hutan ini ..???
Surati : "saya manusia !! nama saya Surati berasal dari kerajaan Kelungkung"
Surati : "saya manusia !! nama saya Surati berasal dari kerajaan Kelungkung"
Raden Banterang : "lalu mengapa
kamu ada di sini..??"
Surati :"hamba berada di sini
karena aku menyelamatkan diri dari serangan musuh. ayah saya telah gugur dalam
pertempuran mempertahankan mahkota Kerajaan".
Raden Banterang : "kalau
begitu, apakah kau mau ikut bersamaku ke istana dan menjadi Permaisuriku
?"
Surati : "Apakah saya pantas
bersanding dengan Raden ?"
Raden Banterang : "Tentu saja
kau adalah gadis tercantik yang pernahku temui, dan hanya kamu lah yang aku
inginkan menjadi permaisuriku".
Surati : "dengan segala
kerendahan hati, aku mau menerima lamaran ini. dengan sarat yaitu Raden harus
setia dan bisa menjagaku"
Raden Banterang : "tanpa kau
minta pun aku akan melakukan itu karena itu adalah tugas seorang kesatria"
(setelah itu Raden Banterang bersama
Surati menuju keluar hutan"
Pengawal 1 : "nah itu
Raden tapi dengan siapa ya..? Raden, tidak apa-apa kan ..? kami sangat cemas
karena kehilangan jejak Raden."
Raden Banterang : "ya, tadi
karena terlalu bersemangat berburu kijang aku sampai lupa kalau kalian berdua
ikut. tapi aku sangat bersyukur karena sekaligus menemukan tambatan hati."
Pengawal 2 : "syukurlah kalau
Raden sudah mendapatkan tambatan hati. kami juga ikut senang, kalau Raden
senang"
Raden Banterang : "ya sudah
kalau begitu kita bergegas kembali ke Istana dan merayakan pesta pernikahanku
dengan Surati"
Pengawal 1 dan 2 : "Baik
Raden"
Adegan 2 :
Pengawal 1 : “mohon maaf permaisuri, hamba mengadap”
Permaisuri : “dia siapa ? dan mengapa ia kesini ?”
Pengawal 1 : “hamba tidak tau permaisuri, yang jelas dia
sangat ingin bertemu dengan permaisuri”
Permaisuri : “baiklah bawa dia kesini !”
Pengawal 1 : “baik permaisuri”.
Rupaksa : “surati ! surati! Surati, aku ini kakak kandungmu”.
Permaisuri : “apa benar kau kakakku ?”.
Rupaksa : “sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu
yang telah lama terpisah denganmu semenjak di hutan”.
Permaisuri : “maafkan aku yang sedikit melupakanmu”.
(berpelukan)
Rupaksa : “sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku
mendengar bahwa nama Permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan ternyata itu
adhik kandungku sendiri”.
Permaisuri : “lalu apa maksud kedatangan kakak kesini ?”.
Rupaksa : “perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan orang
tua kita meninggal adalah mertuamu sendiri”.
Permaisuri : “kakak tidak bercandakan.?”.
(karena terlalu syok tubuh permaisuri jadi bergetar)
Rupaksa : “apa aku kelihatan bercanda ?? dan aku kesini
untuk menyerahkan sebuah keris dan gunakanlah untuk membunuh suamimu”.
Permaisuri : “aku tak mau kak, walaupun dia anak dari
pembunuh orang tua kita, tapi dia telah menyelamatkanku dan akupun mencintainya”.
Rupaksa : “terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa
sekali karena kau tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak mau membunuh
suamimu, maka simpanlah keris itu sebagai tanda kenang-kenagan dariku”.
(lalu rupaksa tersebut pergi karena dia tidak sudi
berlama-lama berada di istana)
Adegan 3 :
Rupaksa : “sembah hamba paduka. Tuanku keselamatan tuan
terancam bahaya karena permaisuri punya rencana hendak membunuh paduka”.
Raden Banterang : “hai, siapa kau berani-beraninya memfitnah
istriku ??”
Rupaksa : “itu tak penting paduka tahu siapa aku, Kalau
paduka tidak percaya dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang disimpan di
bawah bantal Permaisuri”.
Raden Banterang : “awas saja kalau kau berbohong padaku,
akan kusuruh pengawalku mencarimu dan memberimu hukuman mati”.
(Raden pun pergimke istana dan langsung menuju kamar
peribadi mereka)
Raden Banterang : “astaga ..!!! ternyata benar ada keris di
bawah bantal istriku”.
(kemudian permaisuri masuk ke kamarnya)
Permaisuri : “ada apa kakanda ..?? sepertinya kakanda sedang
marah ?”.
Raden Banterang : “ apa benar dinda ingin membunuhku dengan
keris ini ..?? begitukah balasan dinda pada kanda ..?”
Permaisuri : “jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak
mempunyai maksud begitu.”
Raden Banterang : “lalu buat apa keris ini di bawah bantal
dinda.??”
Permaisuri : “keris ini adalah kenang-kenangan dari kakak
adinda. Sungguh adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan adinda
rela mati demi keselamatan kakanda”.
Raden Banterang : “kakanda sudah tidak percaya dengan
omongan dinda lagi ..!!”
Permaisuri : “lalu dengan cara apa kakanda percaya dengan
dinda.??”
Raden Banterang : “kalau begitu buktikan pada kakanda dengan
cara masuklah kedalam sungai itu untuk membuktikan kebenaranya”.
Permaisuri : “Baik adinda akan melompat ke sungai itu. Apa bila
dinda telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai itu jernih serta
wangi maka adinda tidak bersalah dan sebaliknya apabila airnya keruh dan berbau
busuk maka adinda bersalah”
Raden Banterang : “tercium bau wangi ! oohh … Dinda maafkan
kakakanda yang sudah tidak percaya lagi denganmu . dengan ini aku sebagai Raja
akan member nama kota ini menjadi BANYUWANGI”
itulah akhir dari cerita "Asal Usul Kota Banyuwangi" Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar